watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKIBAT RANJANG SEMPIT
<

Setelah aku kawin dengan anaknya dan
memboyong istriku kerumah kontrakanku,
mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang
pula menginap satu atau dua malam.
Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar
tidur, maka jika mertuaku menginap, kami
terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang.
Biasanya Ibu mertua tidur dekat
tembok, kemudian istri ditengah dan aku
dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol
sampai tengah malam, dan tidak jarang pula
ketika ngobrol tanganku
bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut,
dan istriku selalu mendiamkannya.
Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan
mertuaku sudah tidur, kami diam diam
melakukan persetubuhan dengan istriku
membelakangiku dengan posisi agak
miring, kami melakukankannya dengan sangat
hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku
tepaksa menghentikan kocokanku karena takut
membangunkan mertuaku.
Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan
baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa
rintihan dan desahan istriku.
Suatu malam meruaku kembali menginap
dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah
dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang
kami taruh didepan tempat
tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia
diposisi pinggir, dengan alasan dia masih
mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku
menggeser ke ditengah
walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena
mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih
dahulu.
Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah
mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat
istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku,
sedangkan disebelah
kiri mertuaku mendengkur halus
membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika
kulihat leher putih mulus mertuaku hanya
beberapa senti didepan bibirku, makin lama
tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku
merayap melihat wanita berumur yang lembut
tergolek tanpa daya disebelahku..
Dengan berdebar debar kugeser tubuhku
kearahnya sehingga lenganku menempel pada
punggungnya sedangkan telapak tanganku
menempel di bokong, kudiamkan sejenak
sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi,
dengkur halusnya masih teratur, keberanikan
diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang
masih tertutup daster,
perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat
cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati
kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku.
Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas
sehingga pahanya yang putih mulus dapat
kusentuh langsung dengan telapak tanganku.
Tanganku mengelus perlahan kulit
yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi
pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi,
kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan
aku sudah berani
meremas bokongnya yang sudah agak kendor
dan masih terbungkus CD.
Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut
pada bokongnya sekali, dan pada saat yang
sama dengkurnya berhenti.
Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura
pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi
tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik
istriku, dia
masih membelakangiku, Penisku sudah sangat
tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali,
dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat
yang sama meningkatkan
keberanianku.
Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal,
kuangkat sarungku sehingga burungku yang
berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas,
kurapatkan tubuh bagian
bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung
penisku menempel pada pangkal pahanya yang
tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam
penisku, aku makin berani,
kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal
pahanya sambil kudorong sedikit sedikit,
sehingga kepala penisku kini terjepit penuh
dipangkal pahanya, rasa
penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku
mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah
tidak.
Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati
gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan
kuselipkan tanganku untuk meremas buah
dadanya dari luar daster tanpa
BH. Cukup lama aku melakukan remasan
remasan lembut dan menggesekan gesekkan
penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak
tahu pasti apakah mertuaku masih
terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan
puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan
kini kusadari bahwa dengkur halus dari
mertuaku sudah
hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku
sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia
tidak memukul atau menendangku, atau dia
kasihan kepadaku? atau dia
menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.
Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai
pindah keperutnya dan turun
keselangkangannya, tetapi posisinya yang
menyebabkan tangan kananku tak bisa
menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia
bergerak, tangannya memegang tanganku,
kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah
posisiku sambil berdebar debar
menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia
menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku
dengan lembut dan disingkirkannya dari
tubuhnya, dan ketika itupun dia
sudah mengetahui bahwa dasternya sudah
tersingkap sementara ujung penisku yang sudah
mengeras terjepit diantara pahanya.
Jantungku rasanya berhenti menunggu
reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi,
terlihat samar samar tidak tampak kemarahan
dalam wajahnya, dan ini sangat
melegakanku .
Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak
menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak
menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan
apalagi membetulkan
dasternya. Dia kembali memunggungiku
meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa
sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di
payudaranya, hal ini menyebabkan aku
berani untuk mengulang perbuatanku untuk
memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak
ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan
memutar mutar secara lembut
langsung keputing teteknya melalui kancing
depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun
mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif,
tapi aku dengar
nafasnya sudah memburu.
Cukup lama kumainkan susunya sambil
kusodokkan kemaluanku diantara jepitan
pahanya pelan pelan, namun karena pahanya
kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang
memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan
tanganku, agar aku penisku terjepit dalam
pahanya dengan lebih sempurna, namun dia
justru membalikkan badannya
menjadi terlentang, sehingga tangannya yang
berada disebelah tangannya hampir menyetuh
penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya
mencari selimutnya menutupi
tubuhnya. Kutengok istri yang berada
dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak
tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu
sedang terjadi diranjangnya.
Kusingkap dasternya yang berada dibawah
selimut, dan tanganku merayap kebawah
CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat
dan berbulu halus itu sudah basah.
Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan
meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin
memburu sementara dia terlihat berusaha untuk
menahan gerakan pinggulnya,
yang kadang kadang terangkat, kadang
mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati
wajahnya yang tegang sambil sekali kali
menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak
bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya,
tapi aku segera sadar bahwa itu akan
menimbulkan gerakan yang dapat
membangunkan istriku.
Setelah beberapa saat tangan kanannya masih
pasif, maka kubimbing tangannya untuk
mengelus elus penisku, walaupun agak alot
akhirnya dia mau mengelus penisku,
meremas bahkan mengocoknya. Agak lama
kami saling meremas, mengelus, mengocok dan
makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah
mendekati puncaknya, mertuakan
membuka matanya, dipandanginya wajahku
erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa
detik kemudian dia menghentakkan kepalanya
menengadah kebelakang. Tangan
kirinya mencengkeram dan menekan tanganku
yang sedang mengocok lobang kemaluannya.
Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak
tanganku. Mertuaku mencapai
puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada
waktu hampir yang bersamaan air maniku
menyemprot kepahanya dan membasahi telapak
tangannya. Kenikmatan yang
luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya
begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan
sebelumnya membayangkanpun aku tidak
berani.
Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku
tidak pernah menginap dirumahku, walaupun
komunikasi dengan istriku masih lancar melalui
telpon. Istriku tidak
curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu,
aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh
lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu
tidak mau
menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan
maka kuputuskan aku harus menemuinya.
Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari,
dan aku berniat menemuinya dirumahnya,
sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi
pengunjung, hanya dua orang
penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol.
Tokonya terletak beberapa meter dari rumah
induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung
masuk kerumah mertuaku
setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang
kukenal dengan baik. Aku disambut dengan
ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah
terjadi sesuatu apa apa,
antara kami berdua, padahal sikapku sangat
kikuk dan salah tingkah.
“Tumben tumbenan mampir kesini pada jam
kantor?”
“Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi
sih”
Mertuaku hanya tertawa mendengarkan
jawabanku
“Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur
tangannya kemana mana.., Untung istrimu
nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe
semua nantinya..”
“Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih
berani.
“Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih
kurang ngasinya, koq masih minta nambah
sama ibunya.”
“Soalnya ibunya sama cantiknya dengan
anaknya” gombalku.
“Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau
mau istirahat, kamar depan bisa dipakai,
kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata
ibuku masuk ke kamarnya.
Aku bimbang, makan dulu atau menyusul
mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan
rasa lapar, aku langsung menyusul masuk
kekamar, tetapi bukan dikamar depan
seperti perintahnya melainkan kekamar tidur
mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya
yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja
merebahkan badannya dikasur,
dan matanya menatapku, tidak mengundangku
tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya.
Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan
kupeluk tubuhnya yang
gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh
kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak
sebelum akhirnya memejamkan matanya
menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman
cukup lama, dan saling meraba dan dalam
sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas
kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku
hanya mengelus punggung dan
kepalaku saja, sementara tanganku sudah
mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai
menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu
halus, dia sengaja membuka
pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku
meraba kemaluanya yang sudah sangat basah
itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan
mulutku ke vagina merona basah
itu.
Pada awalnya dia menolak dan menutup
pahanya erat erat.
“Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah..
risih..” namun aku tak menghiraukan kata
katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya
dia mengalah dan membiarkan aku
menikmati sajian yang sangat mempesona itu,
kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang
kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku
dengan bibirku lalu kutarik
tarik keluar.
“Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis
suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”
Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara
halus, sementara sambil membuka lebar
pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar
putar halus. Tangan kiriku
yang meremas remas buah dadanya, kini jariku
sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot
sedot.
Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax,
maka kuhentikan jilatanku dinya, kusodorkan ku
kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan
kekanan, mati
matian tidak mau mengisap penisku. Dan
akupun tidak mau memaksakan kehendak,
kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan
kudekap erat erat, kubuka leber
lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku
yang mengkilat dibibr vaginanya.
Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku,
kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang
sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok
kocok sedikt, kemudian
kutarik lagi beberapa kali kulakukan.
“Enak Bu?”
“He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis
cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”
“Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri
sekedik sekedik”
“Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno
sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora
tahan meneh, aduh enak banget tempikku”
sambil berkata begitu
diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan
dengan itu kumasukkan ku makin kedalam nya
sampai kepangkalnya, kutekan ku dalam dalam,
sementara Ibu mertuaku
berusaha memutar mutar pinggulnya,
kukocokkan penisku dengan irama yang tetap,
sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku
menempel dipipinya, kadang kujilat
lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti.
Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang
menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari
kata jorok sampai rintihan
bahkan mendekati tangisan.
Ketika rintihannya mulai mengeras dan
wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu
bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok
ku makin cepat.
“Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut,
ssttss.. Heeh mu gede, enak banget.. Ton aku
meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.”
Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan
dengan itu aku merasakan semprotan cairan
dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam
dekapanku, kubiarkan beberapa menit
untuk menikmati sisa sisa orgasmenya
sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
Kucabut penisku yang basah kuyup oleh
lendirnya knya, dan kusodorkan ke mulutnya,
tapi dia tetap menolak namun dia menggegam
penisku untuk dikocok didepan
wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku
tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku
kewajahnya.
Siang itu aku sangat puas demikian juga
mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat
melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku
bisa mengimbangi permainanku,
dan kami bermain cukup lama dan kami bisa
sampai mencapai orgasme pada saat yang
sama .


Adult | GO HOME | Exit
1/3327
U-ON

inc Powered by Xtgem.com